Suksesnya Lady Gaga dan Irshad Manji di Tangan Da’i

  • 3

Lady Gaga Illuminati

Aktivitas-aktivitas kontroversial ini sangat laku dalam pemberitaan media massa, beberapa waktu terakhir publik sempat dibingungkan dengan pro-kontra Irshad Manji dan Lady Gaga. Meskipun mereka memang benar-benar tidak bisa tampil di hadapan publik Indonesia, tapi mereka telah meninggalkan jejak yang sangat mendalam terhadap sejarah moral bangsa kita.

Berbagai ormas Islam dengan bermacam-macam dalil mencoba unjuk gigi, entah apa yang mereka katakan itu salah atau benar. Yang semakin membingungkan, justru perdebatan ini hanya terjadi di kalangan umat Muslim sendiri yang seharusnya bisa mengeluarkan satu suara terhadap kondisi yang terjadi. Masing-masing berargumen, saling menjatuhkan, sampai akhirnya sentimentalitas antar golongan yang sudah lama terkubur menjadi terkuak kembali.

Sungguh tidak etis ketika publik melihat umat Islam pada saat ini tidak mempunyai suara yang satu. Pluralisme yang diusung seakan hanya menjadi slogan dalam berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda keyakinan. Dalam tubuh umat Islam sendiri pluralisme seakan tidak ada. Hanya ada pemaksaan kehendak dari masing-masing kepentingan. Jadi Islam seperti apa yang dapat dikatakan benar?

Lady Gaga dan Irshad Manji telah meninggalkan Indonesia. Bagi sebagian orang ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan. Akan tetapi sebagian orang lain juga bisa mengklaim ini sebagai keberhasilan mereka. Siapakah “mereka”?

Maraknya pemberitaan terhadap kasus ini pasti sudah bisa diprediksikan. Justru hal ini yang dimanfaatkan untuk membawa nama kesuksesan mereka. Tentunya kita masih sadar, bahwa sebelum ini ada kejadian yang menjadi titik tolak kontroversial ini menjamur. Kerisihan para penolak Islam liberal memang sudah sampai pada puncaknya. Sampai akhirnya muncul sebuah gerakan yang sangat jelas menentang kelompok Islam liberal ini.

Gerakan ini semakin panas ketika kelompok liberal ini mengundang tokoh luar negeri yang disebut sebagai pembaharu Islam untuk mengisi beberapa kajian di Indonesia. Tokoh yang ternyata sembari meluncurkan buku terbarunya yang bahkan buku sebelumnya kurang populer di telinga orang Indonesia dalam sekejap bisa meraih popularitas maksimal atas hasil karya tersebut.

Sungguh menakjubkan, sebuah buku yang baru diluncurkan dalam sekejap bisa dikenal seantero nusantara, komplit dengan buku yang sebelumnya diterbitkan. Bukankah ini keberhasilan marketing luar biasa dari proyek penjualan buku?

Setelah sukses membuat publik tercengang, media kembali dihebohkan dengan pemberitaan bertubi-tubi dari penyanyi internasional yang ingin melaksanakan konser di Indonesia. Penyanyi ini memang kontroversial, bahkan di beberapa negara sempat dilarang untuk mengadakan konser dari penyanyi ini. Dan tibalah saatnya Indonesia. Protes serupa juga terjadi untuk menghalangi penyanyi ini tampil di Indonesia.

Aktivis dakwah tampil sebagai barisan terdepan dalam rangka menolak apa yang mereka sebut dengan kemungkaran. Namun, ada beberapa hal yang jarang dipahami dan disadari oleh para aktivis dakwah. Semua isu kecil bisa menjadi besar hanya dengan satu penyebab, dan semua isu besar bisa menjadi kecil hanya dengan satu penyebab yang sama. Dan jawabannya adalah media.

Ketika pembicaraan sudah semakin terlarut, media meraih keuntungan dari besarnya intensitas serta rating berita yang diterbitkan. Beberapa pihak pun merasa di untungkan. Siapa lagi pihak itu jika bukan orang-orang yang menginginkan pamor dari dua orang kontroversial itu meningkat. Mungkin ini terdengar sepele, bahkan terkesan mengada-ada. Tapi jika kita lihat fakta, ternyata semakin banyak anak-anak yang menjadi akrab dengan nama penyanyi itu. Padahal sebelumnya mereka hanya mengetahui samar-samar, bahkan sama sekali tidak mengetahui.

Sayangnya umat Islam saat ini belum sehebat mereka dalam mengalihkan isu, justru seringkali kita malah memakan barang dagangan mereka sendiri. Sudah jelas bahwa kedatangan dua tokoh itu hanya untuk mencari sensasi dan empati bagi kaum liberal. Dan kini publik semakin melihat bahwa sebenarnya mereka yang teraniaya. Dan kita harus menyadari, bahwa ini bukan hanya perang pemikiran semata. Apa yang terjadi ketika akhirnya simpati publik justru jatuh pada mereka?

Jika syi’ar media ini merupakan bagian dari dakwah kita, maka kita perlu merancang strategi baru dalam mengumandangkan syi’ar ini. Jangan sampai kita yang memakan barang dagangan mereka lagi. Jika kita mau membuka mata.

SNMPTN Menuju UGM

  • 9
Sedikit pengen nostalgia di masa muda. Waktu itu jiwa perjuangan lagi tinggi-tingginya, maklum tahun lalu  gw bener-bener disibukin ama hal-hal yang bersifat akademis. Kelas 3 SMA emang masa penuh perjuangan, UN sempet jadi monster agung bagi kita, terus tentang nasib kita yang belom jelas mau dibawa kemana setelah SMA juga jadi kekhawatiran tersendiri. Ditambah lagi karena gw hidup di lingkungan pesantren yang ngewajibin seluruh santrinya yang mau lulus buat nyetorin ulang 5 juz yang pernah dihapalnya. Fantastik.
*ilustrasi, model diatas hanyalah piktip belaka, maaf yah sang model :D

Perjuangan di masa itu emang berat, waktu itu gw juga lagi mengadu nasib di OSN tingkat provinsi untuk kategori Komputer sambil jadi panitia Pekan Orientasi, ya semacem ospek gitu lah. Bener-bener sebuah masa yang hectic, pesantren gw juga ngewajibin santrinya buat ngelaksanain PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat) sebelum lulus, mirip KKN. Emang sih, kelas 3 itu udah dibebasin dan wajib bebas dari segala macem aktivitas organisasi. Dan dari sini gw semakin sadar, betapa pentingnya manajemen waktu yang bagus buat kelangsungan hidup kita.

Kalo kata kakak kelas dan guru-guru disana, UN itu jangan terlalu diambil beban, apalagi UAS. Yang penting kita nyetorin qur’an dulu karena emang penentu ijazah itu dari ujian qur’an. Makanya ampe sekarang masih ada oknum-oknum yang ijazahnya disimpen di loker TU gara-gara belom selesai ujian qur’an. Ups bukan maksud ghibah, tapi emang bener, ampe sekarang. Ada beberapa temen dan kakak kelas yang udah keterima di Perguruan Tinggi tapi gara-gara ujian qur’an yang belom selesai akhirnya mereka harus ngerelain untuk tetap berkutat pada hapalan-hapalan qur’an.

Ini tentang penentuan nasib masa depan. Buat kita para santri Husnul Khotimah, ujian qur’an itu segalanya, tapi ternyata banyak juga yang belum terlalu serius buat ngejalanin ini. Dan ‘the power of kepepet’ itu emang jadi motivasi yang paling bagus. Tapi SNMPTN yang seharusnya juga jadi fokus buat kelanjutan hidup di masa depan juga ternyata belum jadi prioritas utama. Entah gara-gara santri HK ini kebanyakan ngebagi pikiran buat qur’an, UN, PPM atau yang lainnya, makanya santri kita belom bisa merajai SNMPTN seperti sekolah-sekolah luar yang di satu universitas siswanya bisa lebih dari 20 orang untuk satu angkatan.
buku bacaan kite :D

Memang sebuah keharusan buat ngebagi prioritas kita terhadap sesuatu yang wajib dulu. Waktu itu gw punya target buat ngebabat abis setoran qur’an di semester 1 kelas 3, dan alhamdulillah 4 juz bisa diselesaikan. Di semester 2 ini kewajiban gw tinggal 1 juz, sedikit aman tapi bukan merasa nyaman. Alhamdulillah, dapet tambahan 2 juz selain setoran wajib. Buat gw, qur’an ini fokus utama, selain untuk nyetor kewajiban, qur’an juga bisa jadi penentram hati. Orang-orang yang hapal qur’an juga dijamin kecerdasannya oleh Allah, karena emang ngapalin qur’an itu butuh perjuangan berat. Makanya kita banyak denger orang-orang yang jenius dari para penghapal qur’an. Seorang profesor yang udah ngehasilin satu karya buku pun belom tentu bakal inget secara detail dan persis buku yang udah pernah ditulisnya.

Dan ini keajaiban yang gw rasa pas SNMPTN. Waktu itu gw lagi kondisi galau akut, gw ini jurusan IPS, tapi entah magnet apa yang narik gw buat suka ama komputer, setiap lomba yang gw ikutin juga hubungannya ama komputer. Nah masalahnya jurusan komputer itu mesti dari IPA, sedangkan gue? Akhirnya abis selesai UN, gw ikut bimbel di Nurul Fikri Cibinong dan gw ambil kategori IPC. Agak stres sih, bimbel dari pagi ampe sore, mumed. Dan waktu itu banyak yang nanya “kamu IPS? Ngapain ngambil IPC?”, dan setelah beberapa kali konsultasi, akhirnya kakak-kakak pembimbing di NF nyaranin gw buat fokus juga di pelajaran IPS, dan yang gue suka ya cuma akuntansi, entah kenapa gw ga terlalu minat ama manajemen dan ilmu ekonomi, terlalu banyak teori. Buat sejarah, sosiologi, apalagi geografi, gw belom nemu keinginan buat memperdalam di jenjang formal, hanya ada ketertarikan.

Bayangin, dalem sebulan otak gw disumpekin ama hal-hal yang berbau sains, sesuatu yang gw hindarin sebelumnya. Soal-soal IPA dari NF emang dahsyat, ampe kelenger. Gw cuma yakin ama Allah, dengan usaha semampunya, gw pun pasrah di selanjutnya. Karena Allah itu gak bakal ngasih sesuatu tanpa ada usaha. Usaha tanpa doa adalah sombong, doa tanpa usaha sama dengan bohong. Gw bener-bener ningkatin ibadah ruhiyah, entah qiyamullail, baca qur’an, solat duha, dan gw ngerasa sesuatu yang beda. Ketentraman. Walaupun gw sedikit ngerasa panik, tapi alhamdulillah Allah selalu memberikan jalan.

Mungkin ini janji yang Allah berikan kepada para penghapal Al-Qur’an, hidup mereka akan selalu dijamin ketenangannya oleh Allah. Jika kita mengejar dunia, maka yang kita dapat hanyalah dunia. Dan jika kita mengejar akhirat, maka Allah akan memberi kita semuanya. Maha Suci Allah terhadap segala urusannya.

Setelah tes SNMPTN, gw juga daftar SIMAK UI buat jaga-jaga. Tapi waktu itu gw emang agak lengah. Waktu buat belajar bukan cuma berkurang, tapi tergantikan oleh aktivitas ngegame. Kayaknya gw emang butuh refreshing, tapi gw sadar kalo gw masi punya kewajiban buat nentuin masa depan. Dan rasanya emang susah berhenti kalo kita udah terjebak aktivitas gaming. Sempet panik. Dan di suatu malam yang ditunggu-tunggu, malam pengumuman hasil SNMPTN tulis, gw coba login. Karena banyak yang akses, login pun susah, dan semakin deg-degan. Sekitar 1 jam kemudian gw nyoba login lagi dan akhirnya muncul gambar....
beberapa saat ketika situs SNMPTN 2011 mengalami crash


Sedikit ga percaya, sampe akhirnya gw refresh itu website berkali-kali, takutnya berubah. Dan alhamdulillah, Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya. Walaupun gw ga masuk ke jurusan Ilmu Komputer, tapi gw yakin ini yang terbaik dari Allah.

Dan buat semua teman, kolega, adik kelas yang sekarang berjuang di SNMPTN 2012, yakinlah Allah akan memberi kalian yang terbaik. Yang terbaik bukan berarti yang kalian suka. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Selalu berikan pandangan positif terhadap takdir Allah, karena Allah berada dalam prasangka hamba-Nya.

Salam perjuangan,
Pejuang SNMPTN 2011
XII IPS 1 Husnul Khotimah

Ketahanan Sistem Politik Indonesia

  • 0
Politik di Indonesia sudah terlihat sangat memprihatinkan, demokrasi yang diusung sebagai tameng bagi hak asasi berpolitik dinilai sudah melampaui batas. Setiap rakyat kini bisa bertindak sesuai dengan keinginannya tanpa lagi mempedulikan norma norma dalam bernegara. Alih alih sebagai negara demokratis, Indonesia menjadi negara yang sangat bebas, bahkan lebih bebas dari negara barat.

Ketahanan sistem politik di Indonesia ternyata juga sangat rapuh. Tidak mempunyai kekuatan yang pasti dibelakangnya. Dan lagi, demokrasi ini memang sudah sangat bebas. Rakyat bisa bertindak semaunya tanpa ada halangan. Kekuasaan politik tunduk terhadap keinginan masyarakat dalam rangka membangun citra jangka panjang.

Para pemimpin politik di Indonesia berlomba mendapatkan hati rakyat dengan cara apapun. Dengan kebaikan yang tulus ataupun dengan kebaikan yang disertai akal bulus.

Kesehatan politik di Indonesia semakin menurun dengan adanya praktik kotor yang dilakukan oleh partai politik yang justru mengagung agungkan demokrasi sebagai sistem utama mereka dalam bernegara. Demokrasi yang seharusnya digunakan untuk bisa menampung suara masyarakat justru menjadi kekuatan sekelompok orang untuk menguasai aspek kenegaraan.

Beginilah Generasi Terbaik Mengajarkan

  • 0
Sejak kecil Anas bin Malik sudah ditumbuhkan rasa cintanya terhadap Rasulullah. Beliau merupakan penduduk kota Yatsrib yang sekarang berganti nama menjadi Madinah. Ibunya yang bernama Ummu Salamah sangat kuat menanamkan nilai-nilai ke-Islaman kepada beliau. Meskipun ayahnya sempat menentang Ummu Salamah untuk masuk ke dalam Islam, keteguhan hati yang dimiliki oleh Ummu Salamah mampu bertahan dalam keimanannya sekaligus mengajak anaknya, Anas bin Malik untuk tetap mencintai Rasulullah.

Kecintaan yang besar terhadap Rasulullah semenjak masa kecilnya menjadikan Anas sebagai orang yang selalu merindukan kehadiran Rasulullah yang pada masa itu belum berhijrah ke Madinah. Setiap hari penduduk kota Yatsrib mengabarkan berita gembira akan datangnya Rasulullah ke kota Yatsrib, namun hal itu tak kunjung datang. Hingga pada akhirnya Rasulullah bersama Abu Bakar telah dekat dengan Yatsrib, para penduduk kota segera bersiap menyambut kedatangan Rasulullah termasuk Anas dan ibunya. 

Sesampainya di Yatsrib, Ummu Salamah mendatangi beliau dan berkata, ”Ya Rasulullah, orang-orang Ansar baik lelaki mahupun perempuan telah memberikan hadiahnya kepada tuan. Tetapi saya tidak memiliki apa-apa untuk saya hadiahkan kepada tuan kecuali anak saya ini. Maka ambillah dia berkhidmat kepada tuan untuk membantu apa yang tuan maukan.” Hadiah ini diterima oleh Rasulullah dengan senang hati. Di usianya yang kesepuluh, Anas bin Malik sudah hidup berdampingan dengan Rasulullah SAW.

Keteladanan ibunya juga merupakan contoh bagi setiap Muslimah. Ketika suaminya wafat, Abu Thalhah datang kepada beliau dan siap untuk meminangnya. Namun karena pada saat itu Abu Thalhah masih dalam kemusyrikan, Ummu Salamah menolak pinangan dan berkata “Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahiku. Tidakkah engkau tahu, wahai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu dipahat oleh budak dari suku anu, jika kau sulut dengan api pun, ia akan terbakar”. Abu Thalhah kembali ke rumah dan memikirkan perkataan Ummu Salamah. Dan kemudian ia kembali lagi dan menyatakan ke-Islamannya. Ummu Salamah hanya meminta mahar ucapan syahadat.

Kedekatan Anas terhadap Rasulullah sangat mempengaruhi kehidupan Anas. Hampir setiap hari Anas berinterkasi dengan Rasulullah sehingga beliau mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan oleh Rasulullah. Dalam hal ibadah, beliau lah orang yang paling bagus ibadahnya. Bahkan Abu Hurairah berkata “Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai solatnya Rasulullah kecuali Ibn Ummu Sulaim (maksudnya Anas)”.

Anas berkata, “Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik akhlaqnya, lapang dadanya, dan banyak kasih sayangnya. Suatu saat beliau menyuruhku untuk suatu keperluan, ketika aku berangkat, aku tidak menuju ke tempat yang Rasul inginkan, namun aku pergi ke tempat anak-anak yang sedang bermain di pasar dan kemudian ikut bermain bersama mereka. Ketika aku telah bersama mereka aku merasa ada seseorang berdiri di belakangku dan menarik bajuku, maka aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah. Dengan senyum beliau menegurku: “Ya Unais (panggilan kesayangan) apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan?” Aku gugup menjawabnya: “Ya, ya Rasul, sekarang aku akan berangkat”. Demi Allah aku telah menjadi pembantunya sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar ia menegurku: “Mengapa kamu lakukan ini dan itu, atau mengapa kamu tidak melakukan ini atau itu?”
Anas merupakan seorang ulama yang sangat rendah hatinya, seorang bangsawan yang sangat murah amalnya. Rasulullah pernah memanjatkan doa khusus bagi Anas, “Ya Allah berilah rizki kepadanya harta dan anak, dan berkahilah”. Doa ini terkabul dan Anas hidup sampai usianya yang ke-103 tahun dengan mempunyai anak yang banyak dan disertai harta kekayaan yang cukup.

Beginilah generasi terbaik mengajarkan kita, bahwa dakwah bukanlah sesuatu yang selalu dilaksanakan dengan cara yang keras. Terkadang kita membutuhkan kelembutan hati seseorang untuk bisa memasukkan Islam secara kaffah kedalamnya. Apa yang Anas terima sebagai pelayan sekaligus sahabat terdekat Rasulullah merupakan sesuatu yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain.