Jaman Digital Serba Instant

  • 0
Hari gini, kita emang dipaksa untuk melakukan segalanya serba digital, supaya instant.

Hari gini, bukan pilihan bijak kalo ada orang pergi ke bank cuma buat transfer apalagi narik saldo. Udah ngantri panjang-panjang, pas nyampe teller malah doi bilang, "sudah coba lewat ATM pak?".

Itung-itung, biaya administrasi digital emang cukup buat gantiin segala biaya kesempatan yang bakal terjadi ketika beraktivitas nyata. Dari mulai biaya parkir, kesel karena macet, jalan berlubang, sampe ngantri.

Hari gini juga bukan pilihan yang pas buat pesen tiket kereta api langsung di loket. Lagi-lagi niatnya buat menghemat biaya administrasi, malah dikasih antrian panjang sampe tumpe-tumpe.

Giliran bayar di toko ritel deket rumah, kena biaya administrasi sih, eh dikasih bonus produk yang bernilai -+ 5000.

Masih berpikir manual?

Bangsa Penghibur

  • 0
Ketika sebuah bangsa dijauhkan dari budaya pendidikan, di saat itulah peradaban bangsa dihancurkan.

Tidak ada ceritanya, menghidupkan hiburan menjadi faktor kunci menghidupkan budaya bangsa.

Dan ini sangat memprihatinkan, saat anak-anak muda sampai 4 jam lebih setiap malamnya menghabiskan waktu di depan layar kaca hanya untuk melihat agenda joget-jogetan.

Bagi pelajar muda, ini akan sangat mengganggu psikologis mereka, dengan beralasan trend, serta kenikmatan tawa yang dihasilkan, justru akan sangat melenakan generasi penerus ini dari melakukan hal yang bermanfaat.

Indonesia yang sudah tertinggal jauh ratusan tahun dibandingkan negara Eropa dan Amerika, relakah mengalami kemunduran yang lebih jauh, ribuan tahun?

Kondisi ini hanya akan membuat Indonesia menjadi bangsa penghibur. Di saat negara-negara maju semakin menyibukkan diri dengan penemuan ilmiah, sedangkan Indonesia hanya disibukkan dengan penemuan jogetan.

Beginilah nasib bangsa penghibur, menghibur mereka yang mentertawakan lelucon nyata bangsa ini. Hingga mereka puas dengan tawanya karena menyaksikan, slogan-slogan kemajuan bangsa kita hanya manis di kata, tak ada aksi nyata