Anomali Hak Asasi Manusia

  • 0
Saya bukan pendukung FPI, saya bukan orang yang setuju dengan aksi-aksi kekerasan.

Tapi kini, ketika Militer Mesir melakukan kudeta, tapi ditolak oleh rakyatnya, militer Mesir melakukan berbagai cara untuk membubarkan kelompok pro-legitimasi.

Berbagai cara? Ya, berbagai cara, termasuk dengan pembantaian.

Mungkin As Sisi sudah sedemikian frustasi, bagaimana cara membubarkan demonstrasi damai yang berjumlah puluhan juta orang ini.

As Sisi juga bertambah frustasi, ketika kekuasaan sudah di tangan, ternyata para tokoh kudeta juga menginginkan. Mereka saling berebut kuasa. Ketika masing-masing mereka tahu, bahwa mereka akan mencalonkan diri pada pemilu yang akan digelar, situasi menjadi tidak harmonis. Al Baradei, yang sejak awal bersama As Sisi sangat lantang menyuarakan kudeta, bahkan kini menuntut untuk mengembalikan Morsi ke kondisi semula. Koalisi kudeta semakin tidak solid, mereka hanya pikirkan kekuasaan golongan semata. Padahal awalnya mereka 'menyingkirkan' Morsi karena tuduhan terlalu memihak pada golongan Islamis, dan sekarang, mereka menjilat ludah mereka sendiri.

Adly Mansour, Presiden Mesir sementara juga di awal pernah mengajukan pengunduran dirinya dari posisi yang baru. Kehadiran Adly Mansour hanya sebagai simbol, karena kendali sebenarnya ada di tangan As Sisi. Adly Mansour? Ia merasa tidak dianggap, tidak mempunyai wewenang sebagai Presiden.

Ah ya, lalu apa hubungannya dengan FPI?
Sebelum ini, berita-berita FPI mencuat ke permukaan, sejumlah kalangan yang mengaku para pecinta perdamaian, pegiat toleran, pembela HAM, beramai-ramai mengutuk aksi FPI ini. Alasannya? Kekerasan. Hanya itu. Padahal, FPI tidak melakukan pembantaian seperti yang dilakukan As Sisi melalui militer Mesir. Lalu, kemana suara-suara mereka?

Tidak sampaikah pada mereka berita tentang pembantaian itu?
Apakah mereka sengaja menutup mata?
Sengaja menyumbat telinga?

Ah ya, saya berprasangka baik, dicekalnya media-media lokal Mesir yang berpotensi pro-legitimasi sejak awal terjadinya kudeta memang sangat menyumbang dalam pembiasan informasi. As Sisi hanya membiarkan media yang siap mendukung terjadinya kudeta untuk tetap bertahan. Sampai kini, hanya Aljazeera yang berhasil melawan otokrasi pemerintahan militer Mesir. Walaupun mereka dihadang di medan demonstran, mereka gunakan fasilitas terbatas untuk menyiarkan secara langsung kondisi Mesir. Mereka gunakan video amatir untuk siarkan tayangan live!

Pembatasan akses media adalah kejahatan terbesar dalam era demokrasi. Jika merasa tidak salah, mengapa ditutupi? Media disebut2 sebagai pilar ke-4 demokrasi, pembatasannya adalah langkah mematikan demokrasi. Dalam situasi penjajahan, penutupan akses media memang sangat tepat, untuk menutupi aktivitas para penjajah. Di saat yg tersisa hanya media pro-penjajah, pemutarbalikan fakta besar-besaran terjadi, pembohongan publik lebih mudah.

Terakhir, hanya gambar ini yang bisa saya hadirkan, jika berminat mencari gambar yang lebih menarik, silakan cari dalam linimasa twitter dengan hashtag #TyrantEgyptianArmyStartsKillingAgain - #RabaaMassacre - #StopMassacreInEgypt

Lalu, dimana hati anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan timbal balik anda kepada kami untuk tetap menjaga kemajuan blog ini